Laman

Senin, 02 Januari 2012

Wereng Batang Coklat Hama Pada Tanaman Padi


Wereng Batang Coklat, Hama Pada Tanaman Padi.

Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis wereng lainnya seperti wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng batang coklat telah banyak merugikan petani padi bahkan mengakibatkan puso dan gagal panen.
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat  (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan terjadinya serangan kerdil rumput dan kerdil hampa pada tanaman padi

Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens)
Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.
Hama Padi yang Sulit Dibasmi. Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Batang padi yang diserang wereng batang coklat (gambar: ricehoppers.net)
Tidak jarang, hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens).
Musuh Alami Wereng Sirna. Dalam kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung, seperti:
  • Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
  • Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)
  • Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa).
  • Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)
  • Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
  • Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)
  • Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)
  • Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)
  • Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)
  • Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)
Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat penggunaan pertisida dan pola tanam serta pengelolaan pertanian yang kurang ramah lingkungan.
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Upafilum: Hexapoda; Kelas: Insecta; Ordo: Hemiptera; Famili: Delphacidae; Genus: Nilaparvata; Spesies: Nilaparvata lugens.
Nama binomial: Nilaparvata lugens; Nama Indonesia: Wereng Coklat, Wereng Batang Coklat.
Referensi:
  • Jurnal Natur Indonesia.
  •  http://www.facebook.com/athaaza



Minggu, 01 Januari 2012

Wereng Coklat




Bioekologi wereng coklat
Wereng coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang).  Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun.  Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.  Satu ekor betina  mampu  meletakkan  telur  100-500  butir.
Di Sukamandi Telur menetas setelah 9 hari, sedangkan di daerah subtropika waktu  penetasan telur lebih lama lagi.  Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk  menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal.  Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.
Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung mempengaruhi bentuk sayap.  Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimik hormon juvenilnya berkurang.  Oleh karena itu perkembangan wereng coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera.
Perubahan bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di lapangan.
Pengendalian
Pengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara. Usaha-usaha pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok tanam, dan penggunaan pestisida.   Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali pengendalian hama terpadu (PHT) hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.
Pada dasarnya pengendalian wereng coklat menyangkut tiga komponen dasar yaitu a) pengetahuan biologi dan ekologi serangga, b) penetapan ambang ekonomi/ambang kendali, dan c) metode pengukuran atau penilaian terhadap serangan hama.  Komponen dasar tersebut sebagian besar sudah diketahui. Maka sistem pengelolaan itu harus dapat dikembangkan dengan baik.

Jurus Varietas tahan
Pengendalian wereng coklat yang pertama kali harus menggunakan varietas tahan yang disesuaikan dengan biotipe wereng yang dihadapinya.  Varietas tahan mempunyai andil yang sangat besar karena dapat mereduksi populasi wereng coklat.    IR74 (Bph3) dan IR64 (Bph1+) berturut-turut dapat mereduksi wereng coklat sebesar 94.9 dan 77.4% dibanding dengan varietas Cisadane yang tidak dapat menekan populasi wereng coklat biotipe 3, sedangkan Cisanggarung hanya mereduksi 20.3%.
Teknologi pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi
berdasar musuh alami
Pengendalian wereng coklat menggunakan ambang kendali berda­sar musuh alami dapat digunakan pada semua daerah serangan hama.  Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai berikut:
  1. Pengamatan wereng coklat dilakukan  seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali
  2. Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.
  3. Hitung jumlah wereng (wereng coklat +  wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.
  4. Gunakan formula Baehaki  dibawah ini
Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.
Bi:  Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-i
Ci: Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
Di: Wereng coklat terkoreksi per rumpun
Aplikasi insektisida
Jika dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai  Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diapli­kasi dengan insektisida  yang direkomendasikan.
Jika dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.
Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas.  Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi beru­mur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti­sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai  Di lebih kecil atau sama dengan nilai Di minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

Biologi dan Morfologi Hama Wereng Coklat

Pengendalian Hama Wereng Coklat Pada Tanaman Padihttp://www.popt-pht.blogspot.com

BIOLOGI DAN MORFOLOGI HAMA WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)



 Hama wereng coklat merupakan hama utama pada tanaman padi. Wereng coklat mudah berkembang dan beradaptasi pada suasana lembab oleh karena itu biasanya akan menyerang tanaman padi saat awal musim hujan atau musim kemarau tetapi ada hujan.
Jika menyerang tanaman padi berumur 15 hst hama wereng bisa membentuk dua generasi, sedangkan jika menyerang tanaman padi sekitar umur 30 hst maka dia hanya mampu hidup satu generasi. Populasi wereng satu generasi akan mencapai puncak saat satu bulan setelah terjadinya serangan.
Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan wereng bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah jauh dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi penyebar populasi hama wereng coklat.
Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut pencucuk penghisap yang berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih muda dan lunak. Hama ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun, tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.
Hama wereng coklat termasuk hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai sifat:
  1. Mampu berkembang biak dengan cepat
  2. Mampu memanfaatkan makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi
  3. Hama ini mampu menemukan habitat baru dengan cepat sebelum habitat lama tidak berguna lagi
Dari satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi 10.000 ekor wereng coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu pasang wereng coklat dalam 3 bulan akan menghasilkan keturunan 20.000 ekor.
Satu betina wereng coklat mampu bertelur 100 hingga 500 butir telur yang diletakkan berkelompok dengan masing masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu telur wereng coklat akan menetas membentuk nimfa yang berumur antara 12 hingga 15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan membentuk wereng dewasa atau disebut imago.

Pengendalian Hama Wereng Coklat

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT
PADA TANAMAN PADI


BIOLOGI DAN MORFOLOGI HAMA WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)


Hama wereng coklat merupakan hama utama pada tanaman padi. Wereng coklat mudah berkembang dan beradaptasi pada suasana lembab oleh karena itu biasanya akan menyerang tanaman padi saat awal musim hujan atau musim kemarau tetapi ada hujan.
Jika menyerang tanaman padi berumur 15 hst hama wereng bisa membentuk dua generasi, sedangkan jika menyerang tanaman padi sekitar umur 30 hst maka dia hanya mampu hidup satu generasi. Populasi wereng satu generasi akan mencapai puncak saat satu bulan setelah terjadinya serangan.
Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan wereng bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah jauh dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi penyebar populasi hama wereng coklat.
Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut pencucuk penghisap yang berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih muda dan lunak. Hama ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun, tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.
Hama wereng coklat termasuk hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai sifat:
  1. Mampu berkembang biak dengan cepat
  2. Mampu memanfaatkan makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi
  3. Hama ini mampu menemukan habitat baru dengan cepat sebelum habitat lama tidak berguna lagi
Dari satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi 10.000 ekor wereng coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu pasang wereng coklat dalam 3 bulan akan menghasilkan keturunan 20.000 ekor.
Satu betina wereng coklat mampu bertelur 100 hingga 500 butir telur yang diletakkan berkelompok dengan masing masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu telur wereng coklat akan menetas membentuk nimfa yang berumur antara 12 hingga 15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan membentuk wereng dewasa atau disebut imago.



Konsep Pengendalian Hama Terpadu

Terima kasih atas kunjungan andahttp://www.popt-pht.blogspot.com

Konsep PHT

Terima kasih atas kunjungan anda.http://www.popt-pht.blogspot.com

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman


POPT

Terima kasih atas kunjungan Andahttp://www.popt-pht.blogspot.com

===============================


Pengendalian Hama Terpadu
Pada Tanaman Pangan dan Hortikultura.

isi
Belum diterbitkan.
Terima kasih atas kunjungan anda.

Pengendalian Hama Terpadu


Pengendalian Hama Terpadu
Pada Tanaman Pangan dan Hortikultura.

isi
Belum diterbitkan.
Terima kasih atas kunjungan anda.

SLPHT dan SLI

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
Dan
Sekolah Lapang Iklim (SLI)
Terima kasih atas kunjungan anda.http://www.popt-pht.blogspot.com