Upaya
pengendalian hama tikus yang umum dilakukan adalah : pengemposan, pemberian
racun, gropyokan, perangkap, dan penggunaan musuh alami. Berikut akan diuraikan
tentang beberapa cara pengendalian hama tikus :
1.
Pengemposan
Pengemposan
dilakukan dengan cara memberikan asap belerang pada lubang-lubang tikus dengan
tujuan agar tikus yang berada dalam lubang tersebut keracunan yang pada
akhirnya akan mati. Cara ini cukup efektif dalam mengendalikan hama tikus
secara langsung. Namun bila lokasi tikus berada jauh di dalam sedangkan gas
belerang yang dimasukkan tidak mencapainya, cara ini tidak akan berhasil.
Selain itu cara pengemposan ini cukup mahal.
2. Pemberian Racun
Penggunaan
Racun adalah cara yang paling banyak digunakan petani dalam mengendalikan tikus.
Penggunaan racun ini dilakukan dengan memberikan rodentisida pada makanan tikus
sebagai umpan,penggunaan racun ini selain kurang efektif karena jika ada
tanaman padi tikus sudah malas makan umpan dan juga akan membunuh musuh alami
yang memakan tikus ini.
3. Perangkap
Banyak
alat-alat yang dapat dirancang untuk menangkap tikus. Dengan menggunakan
perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh alaminya.
Namun demikian, pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis umpan
yang digunakan. Terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada suatu
jebakan. Oleh kerana itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang tidak
mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian yang
dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik
perhatian tikus. Beberapa perangkap tikus yang sering digunakan antara lain :
perangkap kawat, perangkap jepit, jala kremat, lubang bambu, dan lain-lain.
4. Gropyokan
Gropyokan
adalah gerakan pembasmian hama yang dilakukan secara massal dengan cara
pemburuan bersama-sama. Pengendalian gropyokan melibatkan seluruh masyarakat.
Sistem gropyokan ini lebih efektif bila hasil tangkapannya dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lain atau ada upah bagi yang menangkap hama. Pemanfaatan hasil
tangkapan merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi semaraknya sistem
gropyokan. Hama tikus yang berhasil ditangkap dapat dimanfaatkan
kulitnya untuk menjadi bahan kulit. Sayangnya di Indonesia sistem
gropyokan
hanya dilakukan pada awal-awal tanam atau saat tertentu saja
(klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya),
(klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar