Laman

Kamis, 27 September 2012

Cara Mengendalikan Hama Tikus

Upaya pengendalian hama tikus yang umum dilakukan adalah : pengemposan, pemberian racun, gropyokan, perangkap, dan penggunaan musuh alami. Berikut akan diuraikan tentang beberapa cara pengendalian hama tikus :
1. Pengemposan
Pengemposan dilakukan dengan cara memberikan asap belerang pada lubang-lubang tikus dengan tujuan agar tikus yang berada dalam lubang tersebut keracunan yang pada akhirnya akan mati. Cara ini cukup efektif dalam mengendalikan hama tikus secara langsung. Namun bila lokasi tikus berada jauh di dalam sedangkan gas belerang yang dimasukkan tidak mencapainya, cara ini tidak akan berhasil. Selain itu cara pengemposan ini cukup mahal.
2. Pemberian Racun
Penggunaan Racun adalah cara yang paling banyak digunakan petani dalam mengendalikan tikus. Penggunaan racun ini dilakukan dengan memberikan rodentisida pada makanan tikus sebagai umpan,penggunaan racun ini selain kurang efektif karena jika ada tanaman padi tikus sudah malas makan umpan dan juga akan membunuh musuh alami yang memakan tikus ini.
3. Perangkap
Banyak alat-alat yang dapat dirancang untuk menangkap tikus. Dengan menggunakan perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh alaminya. Namun demikian, pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis umpan yang digunakan. Terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada suatu jebakan. Oleh kerana itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang tidak mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian yang dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik perhatian tikus. Beberapa perangkap tikus yang sering digunakan antara lain : perangkap kawat, perangkap jepit, jala kremat, lubang bambu, dan lain-lain.
4. Gropyokan
Gropyokan adalah gerakan pembasmian hama yang dilakukan secara massal dengan cara pemburuan bersama-sama. Pengendalian gropyokan melibatkan seluruh masyarakat. Sistem gropyokan ini lebih efektif bila hasil tangkapannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain atau ada upah bagi yang menangkap hama. Pemanfaatan hasil tangkapan merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi semaraknya sistem gropyokan. Hama tikus yang berhasil ditangkap dapat dimanfaatkan kulitnya untuk menjadi bahan kulit. Sayangnya di Indonesia sistem gropyokan hanya dilakukan pada awal-awal tanam atau saat tertentu saja 

 (klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya),
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar